Sabtu, 27 Oktober 2012

Psikopatologi Humanistik (Sejarah, Definisi, Teori yang berkaitan dan Dinamika Psikopatologi)


I.       PENGANTAR
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow dan Carl Rogers mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga” dalam aliran psikologi. Psikoanalisis dianggap sebagai kekuatan pertama dalam psikologi yang awal mulanya datang dari psikoanalisis ala Freud yang berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Kelompok psikoanalis berkeyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan tak sadar dari dalam diri.
Kekuatan psikologi yang kedua adalah behaviorisme yang dipelopori oleh Ivan Pavlov dengan hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondisikan. Kalangan Behavioristik meyakini bahwa semua perilaku dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal dari lingkungan.
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu: (1) keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen; (2) manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya; (3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain; (4) manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya; dan (5) manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas.



II.    TEORI
A.    PSIKOLOGI HUMANISTIK
Psikologi Humanistik adalah suatu pendekatan mengenai pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Pokok Persoalan Psikologi Humanistik adalah pengalaman subjektif manusia, keunikannya yang membedakannya dari kehewanan. Metode studi psikologi humanistik mencakup wawancara sejarah hidup, sastra, dan produk-produk kreatif lainnya. Area minat dan penelitian yang utama adalah kepribadian yang sehat, motivasi, kreativitas, kemungkinan - kemungkinan manusia untuk tumbuh dan bagaimana bisa mencapainya, serta nilai-nilai manusia.
B.     TOKOH PSIKOLOGI HUMANISTIK
1.      TEORI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW
Individu merupakan keseluruhan yang padu dan teratur. Jika seorang merasa lapar maka yang lapar adalah seluruh dirinya : Dialah yang menginginkan makanan, bukan hanya perutnya.  Maka dari itu, sebagian besar hasrat dorongan pada seseorang adalah saling berhubungan.
Konsep fundamental unik dari pendirian teoritis Maslow ialah manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.
Pandangan lama yang mengatakan bahwa naluri-naluri memiliki sifat kuat, tidak bisa diubah dan jahat, Maslow justru mengajukan kebalikannya, “Kebutuhan-kebutuhan dengan mudah dapat diabaikan atau ditekan dan tidak jahat, melainkan netral atau justru baik.”
Suatu sifat dapat dipandang sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi syarat-syarat berikut ini :
1.      Ketidakhadiran kebutuhan menimbulkan penyakit
2.      Kehadiran kebutuhan mencegah timbulnya penyakit
3.      Pemulihan kebutuhan menyembuhkan penyakit
4.      Dalam situasi-situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih, orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya
5.      Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat
6.      Orang-orang yang cukup beruntung dilahirkan di tengah lingkungan yang memberi mereka kesempatan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar mereka memiliki karakter yang begitu kuat serta menyatu sehingga mampu tetap tegak menghadapi kehilangan atau penundaan pemuasan kebutuhan-kebutuhan dasar mereka dalam jangka waktu yang cukup lama
7.      Kebutuhan - kebutuhan dasar yang sama sekali belum terpuaskan itulah memiliki pengaruh terbesar pada tingkah laku kita. Begitu terpuaskan, maka sesuatu kebutuhan tidak lagi akan memiliki pengaruh yang berarti pada motivasi

HIRARKI KEBUTUHAN
Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
Adalah sekumpulan kebutuhan-kebutuhan dasar yang paling penting untuk segera dipenuhi karena terkait dengan kelangsungan hidup manusia, seperti makanan, udara, air dan yang lain. Jika kebutuhan ini belum terpenuhi, maka individu tidak akan tergerak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang di atasnya. Sebagai contoh, ketika kita lapar, maka kita tidak akan tergerak untuk belajar atau melakukan hal lain, hasrat kita saat itu ingin segera memperoleh makanan secepatnya.
Kebutuhan fisiologis terutama kebutuhan akan makanan adalah salah satu aspek penting untuk memahami tingkah laku manusia. Efek dari kelaparan atau kekurangan itu sungguh berpengaruh terhadap tingkah laku individu atau manusia, salah satunya ditunjukkan oleh moral yang menurun, seperti mencuri. Dengan demikian, tidak bisa dihindari bahwa kebutuhan ini menjadi pendorong dan berpengaruh kuat terhadap tingkah laku manusia dan manusia akan memenuhinya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi.
b.      Kebutuhan akan rasa aman
Menurut Maslow adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kenyamanan dan keteraturan dari keadaan lingkungan sekelilingnya. Maslow mengatakan bahwa kebutuhan ini sangat nyata dan bisa dilihat pada seorang bayi. Seorang bayi misalnya, apabila mendengar halilintar akan memberikan respon ketakutan. Tapi di kemudian hari, dengan belajar dan pengalamannya, maka ia akan tahu bahwa itu bukan sesuatu yang membahayakan sehingga ia tidak perlu takut.
Dari contoh diatas, dapat dikatakan bahwa faktor belajar atau pengalaman itu dapat mempengaruhi penurunan urgensi tingkat kebutuhan rasa aman. Sebaliknya, peningkatan urgensi kebutuhan rasa aman bisa juga terjadi disebabkan faktor pengalaman. Sebagai contoh anak yang mengalami suatu trauma, maka ia akan mendorong dirinya untuk memperoleh rasa aman yang berlebih.
c.       Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki
Adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan interaksi dan ikatan emosional dengan individu yang lain, baik di lingkungan keluarga atau masyarakat. Individu akan mengalami keterasingan, kesepian apabila keluarga, teman atau pasangan hidup meninggalkannya. Ia akan mengalami penderitaan dalam hidupnya. Tapi bagi sebagian orang, dalam kesepiannya, ia bisa memunculkan suatu kreativitas.
Maslow menekankan bahwa kebutuhan ini mencakup keinginan untuk mencintai dan dicintai. Menurut Maslow, kedua hal ini merupakan syarat terciptanya perasaan yang sehat. Tanpa cinta, seseorang akan dikuasai rasa kebencian, tak berharga dan kehampaan.
d.      Kebutuhan akan rasa harga diri
Maslow membagi kebutuhan ini menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah penghargaan yang berasal dari diri individu, yang mencakup rasa percaya diri, berkompetisi, kemandirian serta kebebasan. Individu ingin yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Bagian kedua adalah penghargaan dari orang lain diantaranya prestasi, pujian atau hadiah.
Terpuaskannya kebutuhan ini akan menghasilkan rasa percaya diri, bahwa dirinya berharga serta berguna. Sebaliknya, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka individu akan frustasi, pesimis, merasa dirinya tak berharga. Maslow menyatakan bahwa rasa harga diri yang sehat adalah hasil dari individu yang bersangkutan atau pencapaiannya, bukan berdasar pada keturunan atau pun opini orang lain. Dan Maslow menyebutnya sebagai “bahaya psikologis” jika seseorang hanya mendasarkan dirinya pada opini orang lain.
Namun dalam kebutuhan ini, seseorang dapat kembali pada kebutuhan sebelumnya (kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki) dikarenakan hilangnya kebutuhan ini. Misalnya suami yang terus sibuk bekerja (kebutuhan akan rasa harga diri) sehingga hampir tidak pernah memperhatikan istrinya dan akibatnya sang istri pun meninggalkannya. Maka, ia pun akan kembali berusaha untuk mendapatkan rasa cinta itu dengan mengurangi frekuensi pekerjaannya.
e.       Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan untuk aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang tertinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan-kebutuhan dibawahnya telah terpenuhi. Tanda dari aktualisasi diri menurut Maslow adalah hasrat individu mengungkapkan segala potensi yang dimilikinya untuk menjadi apa yang dia inginkan. Maslow menegaskan bahwa aktualisasi diri bukan hanya berbentuk penciptaan karya-karya atau hasil dari kemampuan-kemampuan khusus. Aktualisasi diri itu juga mencakup usaha keras individu seperti halnya orang tua, mahasiswa atau buruh yang berusaha membuat yang terbaik serta bekerja dengan keras sesuai dengan bidang masing-masing. Bentuk pengaktualisasian diri tiap orang berbeda karena adanya perbedaan-perbedaan individual.
Bagi Maslow, hanya sedikit orang yang bisa mengaktualisasikan dirinya secara sempurna, karena proses ini tidaklah mudah dan banyak sekali hambatan. Hambatan pertama datang dari individu yang berupa ketidaktahuan, keraguan bahkan rasa takut untuk mengungkapkan potensinya. Sedangkan hambatan kedua berasal dari lingkungan yang tidak mendukung. Intinya, aktualisasi diri itu memungkinkan apabila terdapat lingkungan yang menunjang. Hambatan terakhir adalah kebutuhan rasa aman yang terlalu kuat. Ketika ia akan mengaktualisasikan diri, ia akan terbayang hal-hal yang menakutkan dan mencekam setelahnya atau adanya suatu tanggung jawab yang takut ia emban sehingga ia pun bergerak mundur, kembali pada keadaan menuntut rasa aman.

HIERARKI KEBUTUHAN MENURUT
ABRAHAM MASLOW


AKTUALISASI DIRI
KEBENARAN
                                                                 KEBAIKAN
                                                               KEINDAHAN
KEBUTUHAN UNTUK TUMBUH (Being values) (Metakebutuhan)
 
SIFAT HIDUP
                                    Æ                   INDIVIDUALITAS
KESEMPURNAAN
SIFAT PENTING
KEPENUHAN
KEADILAN
KETERTIBAN
KESEDERHANAAN
SIFAT KAYA
SIFAT PENUH PERMAINAN
SIFAT TANPA USAHA
SIFAT MENCUKUPI DIRI
SIFAT PENUH MAKNA
 

HARGA DIRI
PENGHARGAAN DARI ORANG LAIN
 

CINTA & RASA MEMILIKI-DIMILIKI

KEBUTUHAN DASAR                                PERLINDUNGAN                           
( kebutuhan akibat kekurangan)                          DAN RASA AMAN
 

FISIOLOGIS
UDARA, AIR, MAKANAN, TEMPAT BERTEDUH, TIDUR, SEKS

LINGKUNGAN EKSTERNAL
PRAKONDISI BAGI PEMUASAN KEBUTUHAN
KEMERDEKAAN, KEADILAN, KETERTIBAN
TANTANGAN  (STIMULASI)


Keterangan :
Æ  17 Kebutuhan-kebutuhan untuk tumbuh (Meta kebutuhan), seluruhnya memiliki nilai yang sama pentingnya (tidak hierarkis)
Æ  Sesudah kebutuhan –kebutuhan dasar terpuaskan , ia beralih ke taraf kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi dan menjadi digerakkan oleh kebutuhan-kebutuhan yang lebih mulia.

2.      TEORI CARL ROGERS
Konsep diri menurut Rogers adalah bagaimana orang memberi gambaran terhadap dirinya, tentang siapa dirinya. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman actual, dari situ tidak bisa mengembangkan kepribadian yang sehat. Sedangkan Congruence adanya kecocokan antara self yang dirasakan dengan kenyataan. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat). (Schultz 1991).
Rogers memiliki beberapa hipotesis tentang bagaimana ketidaksesuaian itu dapat berkembang. Rogers menggambarkan orang yang tidak sehat adalah orang yang mengalami tidak mendapatkan unconditional positive regard (penghargaan positif tanpa syarat). Contohnya, Semakin banyak conditional positive regards dari orang tua, patologi juga semakin berkembang. Karena membutuhkan cinta tersebut, anak mulai untuk mendapatkan kasih sayang tersebut dengan mengikuti kondisi yang diberikan orang tuanya atau apa yang diharapkan oleh orang tuanya. Sehingga dia tidak menjadi dirinya sendiri dan selalu mengkuti kehendak orang lain.
Perkembangan kepribadian Self menurut Rogers
Self merupakan konstruk utama dalam teori kepribadian Rogers, yang dewasa ini dikenal dengan ” Self concept “. Rogers mengartikan sebagai persepsi tentang karakteristik “ I ” atau “ Me” dan persepsi tentang hubungan “ I” atau “ Me ” dengan orang lain atau berbagai aspek kehidupan, termasuk nilai-nilai yang terkait dengan persepsi tersebut.
Diartikan juga sebagai keyakinan tentang kenyataan, keunikan, dan kualitas tingkah laku diri sendiri. Konsep diri merupakan gambaran mental tentang diri seseorang, seperti : “Saya cantik”, “Saya seorang pekerja yang jujur”, dan “Saya seorang pelajar yang rajin”.
Hubungan antara “ Self concept ” dengan organisme terjadi dalam 2 kemungkinan, yaitu “ congruence ” atau “ Incongruence”. Kedua kemungkinan hubungan ini menentukan perkembangan kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental seseorang. Apabila antara “ Self concept ” dengan organisme terjadi kecocokan maka hubungan itu disebut kongruen, tetapi apabila terjadi diskrepansi (ketidakcocokan) maka hubungan itu disebut inkongruen. Contoh yang inkongruen : Anda mungkin meyakini bahwa secara akademik anda seorang yang cerdas, namun ternyata nilai-nilai yang anda peroleh sebaliknya (organisme atau pengalaman nyata).
Peranan Positif Regard dalam kepribadian individu
Positive regards sangat dibutuhkan agar individu mempunyai kepribadian yang sehat. Ketika anak sedang berkembang maka anak juga belajar membutuhkan cinta dan kasih sayang dari orang terdekatnya maka hal tersebut disebut sebagai positive regards. Setiap anak terdorong untuk mencari positive regards tetapi tidak setiap anak mendapatkan hal itu .
Anak akan merasa senang dan nyaman jika dia menerima kasih sayang, cinta dan persetujuan dari orang lain, apalagi jika hal tersebut dia dapatkan dari orang-orang terdekatnya namun, jika dia kurang mendapat cinta dan kasih sayang serta mendapatkan ejekan, maka dia akan merasa sangat kecewa dan sedih.

Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya menurut Rogers
1 .Keterbukaan pada Pengalaman
Seseorang yang berfungsi sepenuhnya seseorang bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke sistem saraf organisme tanpa distorsi atau rintangan. Memiliki kepribadian yang fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman dalam kehidupan tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempata–kesempatan persepsi atau ungkapan baru.

2. Kehidupan Eksistensial
Seseorang yang berfungsi sepenuhnya setiap pengalaman segar dan baru, seperti belum pernah ada. Adanya kegembiraan karena selalu terbuka ke[ada setiap pengalaman. Kepribadian ini tidak kaku dan tidak dapat diramalkan. Setiap pengalaman merupakan suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respon pengalaman yang berikutnya.

3. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Seseorang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls–impuls yang muncul seketika dan intuitif. Tingkah laku yang spontanitas dan kebebasan. Memiliki jalan masuk untuk mengambil keputusan pada situasi tertentu. Semua faktor yang relevan diperhitungkan dan dipertimbangkan sehingga dapat diambil keputusan yang memuaskan semua segi situasi dengan sangat baik.

4. Perasaan Bebas
Seseorang yang berfungsi sepenuhnya memiliki kepribadian yang bebas untuk memilih dan bertindak, tanpa adanya paksaan dan rintangan antara alternative pikiran dan tindakan. Serta memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya.

5. Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Menurut Rogers, orang-orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menaggulangi perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana alamiah.sehingga ketika mereka mengalami bencana mereka dapat segera mengatasinya dengan baik.

III. DINAMIKA PSIKOPATOLOGI
PENYAKIT MENTAL
Penyakit mental dipandang sebagai kegagalan mencapai kesehatan mental. Jadi, penyakit mental merupakan penyakit defisiensi, ketidakmampuan individu mengenali serta memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Jika kemasakan dirumuskan sebagai menjadi manusiawi penuh, maka penyakit mental lebih tepat diartikan sebagai penyusutan manusiawi. Masalah-masalah mental  adalah kegagalan dalam pertumbuhan pribadi. orang yang sakit secara psikologis adalah orang yang tidak pernah berhasil menjalin relasi-relasi manusiawi yang baik.
1.      Neurosis
·         Berkaitan dengan kebutuhan akan rasa aman dan akan hubungan dengan orang lain, seperti kebutuhan akan penghargaan, penerimaan serta rasa memiliki-dimiliki, yang tidak terpuaskan. 
·         Fakta bahwa pemuasan kebutuhan-kebutuhan dasar merupakan sesuatu yang sangat penting bagi penyembuhan atau usaha memperbaiki kasus-kasus neurosis . Seorang dewasa yang neurotik masih akan bertingkah laku seolah-olah takut terkena hukuman pukulan.
·         Orang-orang yang gagal mengembangkan bakat-bakat mereka, yang menjalani hidup gersang, tanpa gairah, yang tak pernah mampu menembangkan cara-cara yang jitu untuk berhubungan dengan orang-orang lain, dengan setengah sadar tahu bahwa semua itu adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Dari sinilah “neurosis” berkembang.
·         Neurosis juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan orang untuk memilih secara bijaksana, artinya memilih sesuai kebutuhan-kebutuhan pesikoloisnya yang sejati.
·         Neurosis dapat dipandang sebagai usaha nekat namun gagal yang dilakukan oleh individu dalam rangka memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Hal ini dapat disebabkan oleh kelaparan intelektual, yaitu jika orang tidak menemukan arti dalam pekerjaannya, maka hidupnya juga akan tidak bermakna.
·         Penelitian-penelitian psikosomatik terus membuktikan bahwa perasaan takut, cemas, khawatir dan tidak aman cenderung melahirkan akibat-akibat fisik maupun psikolois yang tidak diharapkan. Sikap-sikap cemas, tegang dan gelisah semacam ini adalah akibat tak terpuaskannya kebutuhan akan rasa aman.
2.      Agresi
·         Agresi adalah suatu reaksi terhadap frustasi atau ketidakmampuan memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis dasar.
·         Agresi merupakan reaksi, bukan naluri. 
·         Maslow beranggapan, karena agresi terutama bersifat kultural maka umumnya dapat dicegah dan disembuhkan.
·         Bukti-bukti tentang agresi yang paling serius, yaitu agresi dari para psikopat kriminal, memamng belum memadai. Mungkin dalam sejumlah kasus tertentu orang-orang ini kehilangan naluri untuk berhubungan dengan orang-orang lain sedemikian parah sampai-sampai tidak lagi dapat dipulihkan.
3.      Metapatologi
·         Terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.

Menurut Carl Rogers
Rogers memiliki beberapa hipotesis tentang bagaimana ketidaksesuaian itu dapat berkembang. Rogers menggambarkan orang yang tidak sehat adalah orang yang mengalami tidak mendapatkan unconditional positive regard (penghargaan positif tanpa syarat). Contohnya, Semakin banyak conditional positive regards dari orang tua, patologi juga semakin berkembang. Karena membutuhkan cinta tersebut, anak mulai untuk mendapatkan kasih sayang tersebut dengan mengikuti kondisi yang diberikan orang tuanya atau apa yang diharapkan oleh orang tuanya. Sehingga dia tidak menjadi dirinya sendiri dan selalu mengkuti kehendak orang lain.

IV. CONTOH KASUS
Kasus 1
Contoh:
Erin yakin bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun dia seringkali sangat pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips yang sedikit atau bahkan tidak memberikan tips sama sekali saat di restauran. Ketika teman makan malamnya memberikan komentar pada perilaku pemberian tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips yang dia berikan itu sudah layak dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan memberikan atribusi perilaku pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, aka dia dapat terhindar dari kecemasan serta tetap menjaga konsep dirinya yang katanya dermawan.

Dampak dari Inkongruensi
Rogers berpikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatanny sehingga mereka masih akan tetap mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat inkongruensi yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus.

Kasus 2
Fiona adalah mahasiswi baru di sebuah Universitas. Dia bertemu dengan teman-teman barunya. Fiona cenderung menghindari mereka karena merasa takut dengan orang-orang baru. Temannya mencoba untuk mendekatinya dengan meminta no. Hp, mengajak makan bersama di kantin tetapi Fiona selalu menolaknya. Bahkan ketika Fiona bersama- teman baru, dan hendak pergi ke toilet,salah satu temannya menawarkan diri untuk membawakan dan menjaga tasnya namun tetap ia tolak.Semasa ospek, Fiona dikenal sebagai orang yang kaku dan anti sosial.
Penjelasan terkait Kasus 2
Menurut Maslow, kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan.

V. REFERENSI
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Percetakan Kanisius
Misiak, Henryk Ph.D. 1998. Psikologi Fenomenologi Eksistensial dan Humanistik. Bandung: PT. ERESCO
G. Globe, Frank. Mazhab Ketiga : Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar