I. PENGANTAR
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran
dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari
kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir
tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow dan Carl Rogers mendirikan
sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang
berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri,
kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi
atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan
ketiga” dalam aliran psikologi. Psikoanalisis dianggap sebagai kekuatan pertama
dalam psikologi yang awal mulanya datang dari psikoanalisis ala Freud yang
berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan
kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Kelompok
psikoanalis berkeyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh
kekuatan tak sadar dari dalam diri.
Kekuatan psikologi yang kedua adalah behaviorisme
yang dipelopori oleh Ivan Pavlov dengan hasil pemikirannya tentang refleks yang
terkondisikan. Kalangan Behavioristik meyakini bahwa semua perilaku
dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal dari lingkungan.
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik
sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan
lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu
untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung
jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Dalam hal ini, James Bugental (1964)
mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu: (1)
keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen; (2)
manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya;
(3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan
orang lain; (4) manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab
atas pilihan-pilihanya; dan (5) manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk
mencari makna, nilai dan kreativitas.
II. TEORI
A.
PSIKOLOGI
HUMANISTIK
Psikologi Humanistik adalah suatu pendekatan mengenai pengalaman dan tingkah laku manusia, yang
memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Pokok
Persoalan Psikologi Humanistik adalah pengalaman subjektif manusia, keunikannya
yang membedakannya dari kehewanan. Metode studi psikologi humanistik mencakup
wawancara sejarah hidup, sastra, dan produk-produk kreatif lainnya. Area minat
dan penelitian yang utama adalah kepribadian yang sehat, motivasi, kreativitas,
kemungkinan - kemungkinan manusia untuk tumbuh dan bagaimana bisa
mencapainya, serta nilai-nilai manusia.
B.
TOKOH
PSIKOLOGI HUMANISTIK
1.
TEORI KEBUTUHAN ABRAHAM
MASLOW
Individu merupakan keseluruhan yang padu
dan teratur. Jika seorang merasa lapar maka yang lapar adalah seluruh dirinya :
Dialah yang menginginkan makanan, bukan hanya perutnya. Maka dari itu, sebagian besar hasrat dorongan
pada seseorang adalah saling berhubungan.
Konsep fundamental unik dari pendirian
teoritis Maslow ialah manusia
dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh
spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.
Pandangan lama yang mengatakan bahwa
naluri-naluri memiliki sifat kuat, tidak bisa diubah dan jahat, Maslow justru
mengajukan kebalikannya, “Kebutuhan-kebutuhan dengan mudah dapat diabaikan atau
ditekan dan tidak jahat, melainkan netral atau justru baik.”
Suatu
sifat dapat dipandang sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi syarat-syarat berikut
ini :
1. Ketidakhadiran
kebutuhan menimbulkan penyakit
2. Kehadiran
kebutuhan mencegah timbulnya penyakit
3. Pemulihan
kebutuhan menyembuhkan penyakit
4. Dalam
situasi-situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih,
orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan
jenis-jenis kepuasan lainnya
5. Kebutuhan
itu tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang
sehat
6. Orang-orang
yang cukup beruntung dilahirkan di tengah lingkungan yang memberi mereka
kesempatan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar mereka memiliki karakter
yang begitu kuat serta menyatu sehingga mampu tetap tegak menghadapi kehilangan
atau penundaan pemuasan kebutuhan-kebutuhan dasar mereka dalam jangka waktu
yang cukup lama
7. Kebutuhan
- kebutuhan dasar yang sama sekali belum terpuaskan itulah memiliki pengaruh
terbesar pada tingkah laku kita. Begitu terpuaskan, maka sesuatu kebutuhan
tidak lagi akan memiliki pengaruh yang berarti pada motivasi
HIRARKI
KEBUTUHAN
Menurut Maslow,
manusia termotivasi
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis)
sampai yang paling tinggi (aktualisasi
diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
Adalah sekumpulan kebutuhan-kebutuhan dasar
yang paling penting untuk segera dipenuhi karena terkait dengan kelangsungan
hidup manusia, seperti makanan, udara, air dan yang lain. Jika kebutuhan ini
belum terpenuhi, maka individu tidak akan tergerak untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang di atasnya. Sebagai contoh, ketika kita lapar, maka
kita tidak akan tergerak untuk belajar atau melakukan hal lain, hasrat kita
saat itu ingin segera memperoleh makanan secepatnya.
Kebutuhan fisiologis terutama kebutuhan akan
makanan adalah salah satu aspek penting untuk memahami tingkah laku manusia.
Efek dari kelaparan atau kekurangan itu sungguh berpengaruh terhadap tingkah
laku individu atau manusia, salah satunya ditunjukkan oleh moral yang menurun,
seperti mencuri. Dengan demikian, tidak bisa dihindari bahwa kebutuhan ini menjadi pendorong dan
berpengaruh kuat terhadap tingkah laku manusia dan manusia akan memenuhinya
terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi.
b.
Kebutuhan akan rasa
aman
Menurut Maslow adalah suatu kebutuhan yang
mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kenyamanan dan keteraturan
dari keadaan lingkungan sekelilingnya. Maslow mengatakan bahwa kebutuhan ini
sangat nyata dan bisa dilihat pada seorang bayi. Seorang bayi misalnya, apabila
mendengar halilintar akan memberikan respon ketakutan. Tapi di kemudian hari,
dengan belajar dan pengalamannya, maka ia akan tahu bahwa itu bukan sesuatu
yang membahayakan sehingga ia tidak perlu takut.
Dari contoh diatas, dapat dikatakan bahwa
faktor belajar atau pengalaman itu dapat mempengaruhi penurunan urgensi tingkat
kebutuhan rasa aman. Sebaliknya, peningkatan urgensi kebutuhan rasa aman bisa
juga terjadi disebabkan faktor pengalaman. Sebagai contoh anak yang mengalami
suatu trauma, maka ia akan mendorong dirinya untuk memperoleh rasa aman yang
berlebih.
c.
Kebutuhan akan
cinta dan rasa memiliki
Adalah kebutuhan yang mendorong individu
untuk mengadakan interaksi dan ikatan emosional dengan individu yang lain, baik
di lingkungan keluarga atau masyarakat. Individu akan mengalami keterasingan,
kesepian apabila keluarga, teman atau pasangan hidup meninggalkannya. Ia akan
mengalami penderitaan dalam hidupnya. Tapi bagi sebagian orang, dalam
kesepiannya, ia bisa memunculkan suatu kreativitas.
Maslow menekankan bahwa kebutuhan ini
mencakup keinginan untuk mencintai dan dicintai. Menurut Maslow, kedua hal ini
merupakan syarat terciptanya perasaan yang sehat. Tanpa cinta, seseorang akan
dikuasai rasa kebencian, tak berharga dan kehampaan.
d.
Kebutuhan akan rasa
harga diri
Maslow membagi kebutuhan ini menjadi dua
bagian. Bagian pertama adalah penghargaan yang berasal dari diri individu, yang
mencakup rasa percaya diri, berkompetisi, kemandirian serta kebebasan. Individu
ingin yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam
hidupnya. Bagian kedua adalah penghargaan dari orang lain diantaranya prestasi,
pujian atau hadiah.
Terpuaskannya kebutuhan ini akan menghasilkan
rasa percaya diri, bahwa dirinya berharga serta berguna. Sebaliknya, jika
kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka individu akan frustasi, pesimis, merasa
dirinya tak berharga. Maslow menyatakan bahwa rasa harga diri yang sehat adalah
hasil dari individu yang bersangkutan atau pencapaiannya, bukan berdasar pada
keturunan atau pun opini orang lain. Dan Maslow menyebutnya sebagai “bahaya
psikologis” jika seseorang hanya mendasarkan dirinya pada opini orang lain.
Namun dalam kebutuhan ini, seseorang dapat
kembali pada kebutuhan sebelumnya (kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki)
dikarenakan hilangnya kebutuhan ini. Misalnya suami yang terus sibuk bekerja
(kebutuhan akan rasa harga diri) sehingga hampir tidak pernah memperhatikan
istrinya dan akibatnya sang istri pun meninggalkannya. Maka, ia pun akan
kembali berusaha untuk mendapatkan rasa cinta itu dengan mengurangi frekuensi
pekerjaannya.
e.
Kebutuhan
aktualisasi diri
Kebutuhan untuk aktualisasi diri merupakan
kebutuhan yang tertinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan-kebutuhan
dibawahnya telah terpenuhi. Tanda dari aktualisasi diri menurut Maslow adalah
hasrat individu mengungkapkan segala potensi yang dimilikinya untuk menjadi apa
yang dia inginkan. Maslow menegaskan bahwa aktualisasi diri bukan hanya
berbentuk penciptaan karya-karya atau hasil dari kemampuan-kemampuan khusus.
Aktualisasi diri itu juga mencakup usaha keras individu seperti halnya orang
tua, mahasiswa atau buruh yang berusaha membuat yang terbaik serta bekerja
dengan keras sesuai dengan bidang masing-masing. Bentuk pengaktualisasian diri
tiap orang berbeda karena adanya perbedaan-perbedaan individual.
Bagi Maslow, hanya sedikit orang yang bisa
mengaktualisasikan dirinya secara sempurna, karena proses ini tidaklah mudah
dan banyak sekali hambatan. Hambatan pertama datang dari individu yang berupa
ketidaktahuan, keraguan bahkan rasa takut untuk mengungkapkan potensinya.
Sedangkan hambatan kedua berasal dari lingkungan yang tidak mendukung. Intinya,
aktualisasi diri itu memungkinkan apabila terdapat lingkungan yang menunjang.
Hambatan terakhir adalah kebutuhan rasa aman yang terlalu kuat. Ketika ia akan
mengaktualisasikan diri, ia akan terbayang hal-hal yang menakutkan dan mencekam
setelahnya atau adanya suatu tanggung jawab yang takut ia emban sehingga ia pun
bergerak mundur, kembali pada keadaan menuntut rasa aman.
HIERARKI KEBUTUHAN MENURUT
ABRAHAM MASLOW
AKTUALISASI DIRI
KEBENARAN
KEBAIKAN
KEINDAHAN
Æ INDIVIDUALITAS
KESEMPURNAAN
SIFAT PENTING
KEPENUHAN
KEADILAN
KETERTIBAN
KESEDERHANAAN
SIFAT KAYA
SIFAT PENUH
PERMAINAN
SIFAT TANPA USAHA
SIFAT MENCUKUPI
DIRI
SIFAT PENUH MAKNA
HARGA DIRI
PENGHARGAAN DARI
ORANG LAIN
CINTA & RASA
MEMILIKI-DIMILIKI
KEBUTUHAN DASAR
PERLINDUNGAN
( kebutuhan akibat kekurangan) DAN RASA AMAN
FISIOLOGIS
UDARA, AIR,
MAKANAN, TEMPAT BERTEDUH, TIDUR, SEKS
LINGKUNGAN
EKSTERNAL
PRAKONDISI BAGI
PEMUASAN KEBUTUHAN
KEMERDEKAAN,
KEADILAN, KETERTIBAN
TANTANGAN (STIMULASI)
|
Keterangan :
Æ 17 Kebutuhan-kebutuhan untuk tumbuh (Meta kebutuhan), seluruhnya memiliki
nilai yang sama pentingnya (tidak hierarkis)
Æ Sesudah
kebutuhan –kebutuhan dasar terpuaskan , ia beralih ke taraf kebutuhan-kebutuhan
yang lebih tinggi dan menjadi digerakkan oleh kebutuhan-kebutuhan yang lebih
mulia.
2.
TEORI CARL
ROGERS
Konsep diri
menurut Rogers adalah bagaimana orang memberi gambaran terhadap dirinya,
tentang siapa dirinya. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep
diri real dan konsep diri ideal. Rogers mengenalkan 2
konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence.
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam
pengalaman actual, dari situ tidak bisa mengembangkan kepribadian yang sehat.
Sedangkan Congruence adanya kecocokan antara self yang dirasakan dengan
kenyataan. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan,
penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini
disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional
positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard
(tak bersyarat). (Schultz 1991).
Rogers memiliki
beberapa hipotesis tentang bagaimana ketidaksesuaian itu dapat berkembang. Rogers menggambarkan orang yang tidak sehat adalah orang yang mengalami
tidak mendapatkan unconditional positive regard (penghargaan positif tanpa
syarat). Contohnya, Semakin banyak conditional
positive regards dari orang tua, patologi juga semakin berkembang. Karena
membutuhkan cinta tersebut, anak mulai untuk mendapatkan kasih sayang tersebut
dengan mengikuti kondisi yang diberikan orang tuanya atau apa yang diharapkan
oleh orang tuanya. Sehingga dia tidak menjadi dirinya sendiri dan selalu
mengkuti kehendak orang lain.
Perkembangan kepribadian Self
menurut Rogers
Self merupakan
konstruk utama dalam teori
kepribadian Rogers, yang dewasa ini dikenal dengan ” Self concept “. Rogers mengartikan sebagai persepsi
tentang karakteristik “ I ” atau “ Me” dan persepsi tentang
hubungan “ I” atau “ Me ” dengan orang lain atau berbagai
aspek kehidupan, termasuk nilai-nilai yang terkait dengan persepsi tersebut.
Diartikan juga sebagai keyakinan tentang kenyataan, keunikan, dan
kualitas tingkah laku diri sendiri. Konsep diri merupakan gambaran mental
tentang diri seseorang, seperti : “Saya cantik”, “Saya seorang pekerja yang
jujur”, dan “Saya seorang pelajar yang rajin”.
Hubungan antara “ Self
concept ” dengan organisme
terjadi dalam 2 kemungkinan, yaitu “ congruence ” atau “ Incongruence”. Kedua
kemungkinan hubungan ini menentukan perkembangan kematangan, penyesuaian, dan
kesehatan mental seseorang. Apabila antara “ Self
concept ” dengan organisme
terjadi kecocokan maka hubungan itu disebut kongruen, tetapi apabila terjadi
diskrepansi (ketidakcocokan) maka hubungan itu disebut inkongruen. Contoh yang
inkongruen : Anda mungkin meyakini bahwa secara akademik anda seorang yang
cerdas, namun ternyata nilai-nilai yang anda peroleh sebaliknya (organisme atau
pengalaman nyata).
Peranan Positif
Regard dalam kepribadian individu
Positive regards sangat
dibutuhkan agar individu mempunyai kepribadian yang sehat. Ketika anak sedang
berkembang maka anak juga belajar membutuhkan cinta dan kasih sayang dari orang
terdekatnya maka hal tersebut disebut sebagai positive
regards. Setiap anak terdorong untuk mencari positive regards tetapi tidak
setiap anak mendapatkan hal itu .
Anak akan merasa senang dan nyaman jika dia menerima kasih sayang, cinta
dan persetujuan dari orang lain, apalagi jika hal tersebut dia dapatkan dari
orang-orang terdekatnya namun, jika dia kurang mendapat cinta dan kasih sayang
serta mendapatkan ejekan, maka dia akan merasa sangat kecewa dan sedih.
Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya menurut Rogers
1 .Keterbukaan pada Pengalaman
Seseorang yang berfungsi sepenuhnya seseorang bebas untuk mengalami semua
perasaan dan sikap. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan
dari luar disampaikan ke sistem saraf organisme tanpa distorsi atau rintangan.
Memiliki kepribadian yang fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman dalam
kehidupan tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempata–kesempatan
persepsi atau ungkapan baru.
2. Kehidupan Eksistensial
Seseorang yang berfungsi sepenuhnya setiap pengalaman segar dan baru,
seperti belum pernah ada. Adanya kegembiraan karena selalu terbuka ke[ada
setiap pengalaman. Kepribadian ini tidak kaku dan tidak dapat diramalkan.
Setiap pengalaman merupakan suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah
sebagai respon pengalaman yang berikutnya.
3. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Seseorang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls–impuls
yang muncul seketika dan intuitif. Tingkah laku yang spontanitas dan kebebasan.
Memiliki jalan masuk untuk mengambil keputusan pada situasi tertentu. Semua
faktor yang relevan diperhitungkan dan dipertimbangkan sehingga dapat diambil
keputusan yang memuaskan semua segi situasi dengan sangat baik.
4. Perasaan Bebas
Seseorang yang berfungsi sepenuhnya memiliki kepribadian yang bebas untuk
memilih dan bertindak, tanpa adanya paksaan dan rintangan antara alternative
pikiran dan tindakan. Serta memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi
mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya.
5. Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Menurut Rogers,
orang-orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki kreativitas dan spontanitas
untuk menaggulangi perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti dalam
pertempuran atau bencana-bencana alamiah.sehingga ketika mereka mengalami bencana
mereka dapat segera mengatasinya dengan baik.
III. DINAMIKA
PSIKOPATOLOGI
PENYAKIT MENTAL
Penyakit mental dipandang sebagai
kegagalan mencapai kesehatan mental. Jadi, penyakit mental merupakan penyakit
defisiensi, ketidakmampuan individu mengenali serta memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Jika kemasakan dirumuskan sebagai menjadi manusiawi
penuh, maka penyakit mental lebih tepat diartikan sebagai penyusutan manusiawi.
Masalah-masalah mental adalah kegagalan
dalam pertumbuhan pribadi. orang yang sakit secara psikologis adalah orang yang
tidak pernah berhasil menjalin relasi-relasi manusiawi yang baik.
1.
Neurosis
·
Berkaitan dengan kebutuhan akan rasa
aman dan akan hubungan dengan orang lain, seperti kebutuhan akan penghargaan,
penerimaan serta rasa memiliki-dimiliki, yang tidak terpuaskan.
·
Fakta bahwa pemuasan kebutuhan-kebutuhan
dasar merupakan sesuatu yang sangat penting bagi penyembuhan atau usaha
memperbaiki kasus-kasus neurosis . Seorang dewasa yang neurotik masih akan
bertingkah laku seolah-olah takut terkena hukuman pukulan.
·
Orang-orang yang gagal mengembangkan
bakat-bakat mereka, yang menjalani hidup gersang, tanpa gairah, yang tak pernah
mampu menembangkan cara-cara yang jitu untuk berhubungan dengan orang-orang
lain, dengan setengah sadar tahu bahwa semua itu adalah akibat kesalahan mereka
sendiri. Dari sinilah “neurosis” berkembang.
·
Neurosis juga dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan orang untuk memilih secara bijaksana, artinya memilih sesuai
kebutuhan-kebutuhan pesikoloisnya yang sejati.
·
Neurosis dapat dipandang sebagai usaha
nekat namun gagal yang dilakukan oleh individu dalam rangka memuaskan
kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Hal ini dapat disebabkan oleh kelaparan
intelektual, yaitu jika orang tidak menemukan arti dalam pekerjaannya, maka
hidupnya juga akan tidak bermakna.
·
Penelitian-penelitian psikosomatik terus
membuktikan bahwa perasaan takut, cemas, khawatir dan tidak aman cenderung
melahirkan akibat-akibat fisik maupun psikolois yang tidak diharapkan.
Sikap-sikap cemas, tegang dan gelisah semacam ini adalah akibat tak
terpuaskannya kebutuhan akan rasa aman.
2.
Agresi
·
Agresi adalah suatu reaksi terhadap
frustasi atau ketidakmampuan memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis dasar.
·
Agresi merupakan reaksi, bukan
naluri.
·
Maslow beranggapan, karena agresi
terutama bersifat kultural maka umumnya dapat dicegah dan disembuhkan.
·
Bukti-bukti tentang agresi yang paling
serius, yaitu agresi dari para psikopat kriminal, memamng belum memadai.
Mungkin dalam sejumlah kasus tertentu orang-orang ini kehilangan naluri untuk
berhubungan dengan orang-orang lain sedemikian parah sampai-sampai tidak lagi
dapat dipulihkan.
3. Metapatologi
·
Terdapat
17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi.
Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi
seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi,
keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.
Menurut Carl Rogers
Rogers memiliki
beberapa hipotesis tentang bagaimana ketidaksesuaian itu dapat berkembang. Rogers menggambarkan orang yang tidak sehat adalah orang yang mengalami
tidak mendapatkan unconditional positive regard (penghargaan positif tanpa
syarat). Contohnya, Semakin banyak conditional
positive regards dari orang tua, patologi juga semakin berkembang. Karena
membutuhkan cinta tersebut, anak mulai untuk mendapatkan kasih sayang tersebut
dengan mengikuti kondisi yang diberikan orang tuanya atau apa yang diharapkan
oleh orang tuanya. Sehingga dia tidak menjadi dirinya sendiri dan selalu
mengkuti kehendak orang lain.
IV.
CONTOH KASUS
Kasus
1
Contoh:
Erin yakin
bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun dia seringkali sangat
pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips yang sedikit atau
bahkan tidak memberikan tips sama sekali saat di restauran. Ketika teman makan
malamnya memberikan komentar pada perilaku pemberian tipsnya, dia tetap
bersikukuh bahwa tips yang dia berikan itu sudah layak dibandingkan pelayanan
yang dia terima. Dengan memberikan atribusi perilaku pemberian tipsnya pada
pelayanan yang buruk, aka dia dapat terhindar dari kecemasan serta tetap
menjaga konsep dirinya yang katanya dermawan.
Dampak dari
Inkongruensi
Rogers berpikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka
terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan
mengubah perbuatanny sehingga mereka masih akan tetap mampu berpegang pada
konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat inkongruensi yang lebih tinggi akan
merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka
secara terus menerus.
Kasus
2
Fiona adalah mahasiswi baru
di sebuah Universitas. Dia bertemu dengan teman-teman barunya. Fiona cenderung
menghindari mereka karena merasa takut dengan orang-orang baru. Temannya
mencoba untuk mendekatinya dengan meminta no. Hp, mengajak makan bersama di
kantin tetapi Fiona selalu menolaknya. Bahkan ketika Fiona bersama- teman baru,
dan hendak pergi ke toilet,salah satu temannya menawarkan diri untuk membawakan
dan menjaga tasnya namun tetap ia tolak.Semasa ospek, Fiona dikenal sebagai
orang yang kaku dan anti sosial.
Penjelasan terkait Kasus 2
Menurut Maslow, kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan
akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan;
kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya.
Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak
membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak
menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal
itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang
yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta
akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak
diharapkan.
V. REFERENSI
Schultz, Duane. 1991.
Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta:
Percetakan Kanisius
Misiak, Henryk Ph.D. 1998. Psikologi Fenomenologi Eksistensial dan
Humanistik. Bandung: PT. ERESCO
G. Globe, Frank. Mazhab Ketiga : Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius